BPS DKI: Jumlah Penduduk Miskin di Jakarta Naik pada Maret 2025

Laporan: Sigit Nuryadin
Jumat, 25 Juli 2025 | 19:23 WIB
Ilustrasi hunian warga miskin (SinPo.id/ Ashar)
Ilustrasi hunian warga miskin (SinPo.id/ Ashar)

SinPo.id - Badan Pusat Statistik (BPS) DKI mencatat lonjakan jumlah penduduk miskin di Jakarta pada Maret 2025 mencapai 464,87 ribu orang. Kepala BPS DKI Jakarta Nurul Hasanudin mengatakan, angka ini meningkat sebanyak 15,8 ribu orang dibandingkan data pada September 2024 yang tercatat sebesar 449,07 ribu orang.

“Terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin, meskipun proporsinya terhadap total penduduk masih tergolong rendah secara nasional,” ujar Nurul dalam keterangan resminya, Jumat, 25 Juli 2025.

Nurul menyatakan, persentase penduduk miskin di Jakarta pun naik menjadi 4,28 persen pada Maret 2025, dari sebelumnya 4,14 persen pada September 2024. Namun jika dibandingkan dengan Maret tahun lalu, angka ini justru sedikit menurun dari 4,30 persen.

"Kendati mengalami kenaikan dalam semester terakhir, Jakarta tetap menempati posisi ketiga terendah dalam persentase kemiskinan secara nasional, setelah Bali dan Kalimantan Selatan," ungkap dia. 

Menurut dia, ada sejumlah faktor yang memengaruhi kenaikan jumlah penduduk miskin di Jakarta. Salah satunya ialah meningkatnya proporsi pekerja informal di tengah ketidakpastian ekonomi.

“Pada Februari 2025, proporsi pekerja informal meningkat signifikan hingga hampir 38 persen. Ini mencerminkan kerentanan struktur ketenagakerjaan kita,” kata Nurul. 

Adapun BPS DKI mencatat, persentase pekerja informal naik 1,89 persen poin menjadi 37,95 persen dibanding Februari 2024. Sebaliknya, proporsi pekerja formal mengalami penurunan dalam periode yang sama.

Kemudian faktor lainnya, lanjut dia, ialah laju inflasi yang meninggi selama kuartal akhir 2024 hingga awal 2025. Nurul menyebut, kenaikan harga pangan menjelang Ramadan disebut memperburuk daya beli masyarakat, terutama kelompok rentan.

“Inflasi Jakarta pada Maret 2025 tercatat sebesar 2,00 persen secara bulanan, lebih tinggi dari angka inflasi nasional yang sebesar 1,65 persen,” tutur Rani.

Dia menambahkan, akibat kenaikan harga kebutuhan pokok, rata-rata pengeluaran kelompok miskin mengalami penurunan, sehingga ikut mendorong peningkatan angka kemiskinan.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI