Wamenkop: Kebangkitan Ekonomi Rakyat Adalah Kunci Reforma Agraria
SinPo.id - Wakil Menteri Koperasi (Wamenkop) Ferry Juliantono menilai, reforma agraria tanpa membangun kekuatan ekonomi rakyat, itu sesuatu yang tidak mungkin. Karenanya, keberadaan Koperasi Desa/Kelurahan (Kopdes) Merah Putih saat ini adalah untuk kebangkitan ekonomi masyarakat desa.
"Dan kita tidak bisa bicara ekonomi rakyat tanpa koperasi. Maka, kebangkitan koperasi saat ini untuk reforma agraria," kata Ferry dalam acara Kongres V Serikat Petani Indonesia, di Jambi, ditulis Rabu, 23 Juli 2025.
Politikus Gerindra ini meyakini, sinergi antara Kopdes Merah Putih dan Serikat Petani Indonesia yang sudah memiliki koperasi-koperasi petani, akan menjadi pondasi bagi sistem ekonomi pangan yang mandiri dan berdaulat.
"Jadi, Kopdes Merah Putih bukanlah pengganti koperasi petani, tetapi justru sebagai penguat ekosistem usahanya," ucapnya.
Dalam hal ini, lanjut dia, Serikat Petani dapat membentuk koperasi sebagai upaya mendorong hilirisasi agar petani tak hanya menjual hasil panen, tetapi juga mampu mengelola, mengolah, dan mendistribusikannya secara kolektif.
"Peluncuran secara resmi Kopdes/Kel Merah Putih oleh Presiden RI di Klaten bukan hanya menandai dimulainya sebuah program, tetapi merupakan titik balik sebuah tonggak kebangkitan kedaulatan desa," ucapnya.
Bagi Ferry, Kongres Serikat Petani Indonesia kali ini bukan sekadar forum organisasi. Tetapi, menjadi tonggak penting konsolidasi gerakan rakyat untuk merebut kembali ruang hidup, mewujudkan distribusi tanah yang adil, serta membangun sistem pangan yang berdaulat.
"Inilah saatnya membangkitkan kembali ekonomi kerakyatan yang berpijak pada kekuatan desa dan koperasi," tuturnya.
Terlebih lagi, hingga kini, ketimpangan agraria dan pangan masih nyata. Di mana, banyak petani belum memiliki lahan secara adil, sedangkan harga dan distribusi dikendalikan segelintir pihak. "Ironisnya, desa sebagai produsen utama belum berdaulat atas hasilnya sendiri," ungkapnya.
Oleh karena itu, menurut Ferry, di tengah era ketika desa kerap hanya menjadi objek pembangunan, Kopdes Merah Putih hadir untuk mengembalikan kontrol ekonomi ke tangan masyarakat desa itu sendiri.
"Maka, Kopdes kita dorong untuk tidak hanya menjadi wadah usaha, melainkan alat transformasi rantai nilai," paparnya.
Nantinya, melalui Kopdes Merah Putih, distribusi pupuk subsidi dapat dipotong dari mata rantai yang panjang dan seringkali menyulitkan petani. Melalui rantai yang lebih pendek dan terkontrol, harga pupuk menjadi lebih murah, biaya produksi turun, dan petani mendapatkan margin yang lebih besar. "Inilah bentuk nyata kedaulatan ekonomi petani," tegasnya.
Bahkan, Kopdes Merah Putih juga bisa bermitra dengan unit penggilingan padi di tingkat desa, agar petani tak lagi bergantung pada tengkulak. "Inilah agenda besar kita, yaitu mengembalikan nilai tambah ke tangan produsen, yakni petani," tukasnya.
