Iran Tegaskan Tak Akan Hentikan Program Pengayaan Nuklir: "Soal Kebanggaan Nasional
SinPo.id - Pemerintah Iran secara tegas menyatakan tidak akan menghentikan program pengayaan uranium meski menghadapi ancaman sanksi internasional yang lebih keras. Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, dalam wawancara eksklusif dengan jurnalis Fox News, Bret Baier, yang tayang Senin malam waktu setempat.
Dalam wawancara yang ditayangkan di acara Special Report, Araghchi mengatakan bahwa pengayaan nuklir adalah hasil jerih payah para ilmuwan Iran yang kini telah menjadi simbol kebanggaan nasional.
“Kami tidak bisa menghentikan pengayaan karena ini adalah pencapaian para ilmuwan kami. Lebih dari itu, ini adalah masalah harga diri bangsa,” ujar Araghchi. “Pengayaan ini sangat berarti bagi kami.”
Pernyataan ini menjadi pukulan terhadap harapan Amerika Serikat yang selama ini berusaha menghentikan seluruh kemampuan pengayaan nuklir Iran guna mencegah pengembangan senjata nuklir. Meski Iran secara resmi menyatakan tidak berniat membuat senjata nuklir, banyak pengamat keamanan internasional memperingatkan bahwa Teheran berpotensi memproduksi senjata tersebut dalam hitungan minggu.
Araghchi juga mengonfirmasi bahwa serangan udara AS bulan lalu telah menyebabkan kerusakan besar pada fasilitas nuklir Iran.
“Fasilitas kami mengalami kerusakan yang serius, tingkat kerusakannya sedang dievaluasi oleh Badan Energi Atom kami,” ujarnya.
Namun, ia enggan mengomentari apakah stok uranium yang telah diperkaya masih selamat pasca serangan tersebut. Yang jelas, aktivitas pengayaan saat ini dihentikan sementara karena dampak serangan.
Amerika Serikat sebelumnya mengusulkan agar Iran bergabung dalam konsorsium bersama negara lain seperti Uni Emirat Arab dan Arab Saudi untuk mendapatkan bahan bakar nuklir untuk keperluan energi sipil. Namun Iran menolak tawaran tersebut.
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, juga sempat menyatakan bahwa kemampuan Iran menyelesaikan seluruh siklus bahan bakar nuklir, mulai dari tambang hingga ke reaktor, adalah prestasi yang hanya dimiliki segelintir negara di dunia.
“Negara yang bisa menyelesaikan seluruh siklus bahan bakar nuklir tak lebih dari sepuluh,” kata Khamenei pada Juni lalu. “Kami bangga telah menjadi salah satunya.”
Iran saat ini tengah menjadwalkan pertemuan penting dengan sekutu lamanya, Rusia dan China, pada Selasa, serta pertemuan dengan negara-negara Eropa (E3: Prancis, Jerman, dan Inggris) pada Jumat. Sementara itu, dialog langsung antara Washington dan Teheran belum menunjukkan tanda-tanda akan dilanjutkan pasca serangan bulan lalu.
Jika Iran gagal mencapai kesepakatan nuklir dengan kekuatan global sebelum akhir Agustus, negara itu berisiko menghadapi gelombang sanksi tambahan dari PBB dan pembatasan senjata yang lebih keras.

