Bahlil: Impor Migas dari AS Harus Saling Untung

Laporan: Tio Pirnando
Jumat, 18 Juli 2025 | 20:41 WIB
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia (SinPo.id/ Dok. ESDM)
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia (SinPo.id/ Dok. ESDM)

SinPo.id - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menekankan, impor komoditas energi dari Amerika Serikat (AS) berupa minyak mentah dan LPG, tentu harus seefisien mungkin, dan saling menguntungkan. 

"Kami ingin negara kami juga mendapatkan harga yang seefisien mungkin," kata Bahlil di Jakarta, Jumat, 18 Juli 2025.

Bahlil menjelaskan, nilai impor komoditas energi yang disepakati dalam negosiasi tarif resiprokal AS terhadap Indonesia, berkisar di angka US$10–15 miliar atau sekitar Rp244 triliun.

Belanja energi tersebut tujuannya untuk menyetarakan neraca perdagangan antara Indonesia- AS. Karena, defisit perdagangan menjadi salah satu alasan AS mengenakan tarif resiprokal terhadap Indonesia sebesar 32 persen, dan kini turun menjadi 19 persen.

Bagi Bahlil, Indonesia harus mendapatkan harga yang efisien bila mengimpor komoditas energi dari AS. Yakni, lebih efisien dibanding dengan harga impor yang selama ini Indonesia dapatkan dari negara lain.

"Semuanya akan kami hitung, sesuai dengan harga keekonomian yang sama," kata Bahlil. 

Sebelumnya, Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso menyampaikan, Pertamina sudah menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) dengan mitra Pertamina di AS untuk pembelian minyak mentah.

Pertamina juga berencana untuk meningkatkan impor gas yang dicairkan (Liquefied Petroleum Gas/LPG) dari Amerika Serikat menjadi 60 persen dari total impor LPG.

Pada 2024, proporsi impor LPG dari Amerika Serikat sebesar 57 persen dari total impor LPG Pertamina.

"Ekspektasinya (impor LPG) naik ke 60-an persen secara bertahap," kata Fadjar.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI