Pemukim Israel Hancurkan Sumur Air Palestina, Picu Krisis Air di Tepi Barat
SinPo.id - Aksi kekerasan pemukim ilegal Israel kembali memicu kecaman dunia internasional. Kali ini, mereka menghancurkan sejumlah sumur air milik warga Palestina di Ein Samiya, Ramallah, Tepi Barat, Minggu malam 13 Juli 2025.
Lembaga Air Yerusalem (Jerusalem Water Undertaking) menyebutkan bahwa sumur-sumur yang dihancurkan adalah satu-satunya sumber air bersih bagi puluhan desa Palestina di kawasan timur Ramallah. Insiden ini disebut sebagai serangan serius yang dapat memicu krisis air belum pernah terjadi sebelumnya.
“Jika tidak ada tindakan untuk menghentikan serangan para pemukim Israel, seluruh wilayah akan menghadapi krisis air besar,” tegas lembaga tersebut dalam pernyataan resmi, Senin 14 Juli 2025.
Enam sumur air di kawasan Ein Samiya dan Kafr Malik telah menjadi sumber pasokan utama sejak tahun 1960-an. Saat ini, akses air untuk ribuan warga terputus total akibat penghancuran tersebut.
Data dari otoritas Palestina menyebutkan bahwa hingga pertengahan 2025, telah terjadi sedikitnya 2.153 serangan oleh pemukim ilegal di wilayah pendudukan, menewaskan sedikitnya empat warga Palestina.
Menurut laporan, saat ini terdapat lebih dari 770.000 pemukim ilegal yang tinggal di 180 permukiman dan 256 pos ilegal di Tepi Barat.
Insiden ini bukan satu-satunya bentuk sabotase infrastruktur vital oleh pemukim. Sebelumnya, pada hari yang sama, puluhan pemukim sayap kanan ekstrem dari kelompok Tzav 9 juga memblokir truk bantuan kemanusiaan untuk Gaza di Jembatan Allenby, menghambat suplai makanan dan obat-obatan.
Kantor Media Pemerintah Gaza turut mengeluarkan kecaman terhadap Israel yang dituduh menggunakan air sebagai senjata perang. Sejak Oktober 2023, lebih dari 720 sumur air dihancurkan, dan 700 warga Palestina tewas saat mengambil air, mayoritas adalah anak-anak.
“Pendudukan Israel terus melancarkan perang kehausan yang sistematis dan disengaja,” bunyi pernyataan resmi Gaza.
Selain itu, lebih dari 1,25 juta warga Palestina kehilangan akses air bersih, memperparah penyebaran penyakit, terutama di kalangan anak-anak.
Israel kini menghadapi dua gugatan besar di Mahkamah Internasional (ICJ) dan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) atas tuduhan genosida dan kejahatan perang. Salah satunya, surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant.
Krisis kemanusiaan yang semakin dalam mendorong seruan mendesak dari berbagai organisasi internasional agar Israel membuka akses bantuan dan menghentikan serangan terhadap infrastruktur sipil.

