Tiga Lokasi Eksekusi Rezim Khmer Merah Kamboja Masuk Daftar Warisan Dunia UNESCO
SinPo.id - Tiga lokasi yang digunakan oleh rezim brutal Khmer Merah Kamboja sebagai tempat penyiksaan dan eksekusi 50 tahun lalu, masuk dalam daftar warisan dunia UNESCO. Adapun ketiga situs tersebut yakni museum Genosida Tuol Sleng, penjara M-13, dan Choeung Ek.
Museum Genosida Tuol Sleng, yang terletak di ibu kota Phnom Penh, adalah bekas sekolah menengah atas yang digunakan oleh Khmer Merah sebagai penjara terkenal, yang lebih dikenal sebagai S-21. Sekitar 15.000 orang dipenjara dan disiksa di sana.
Penjara M-13, yang terletak di pedesaan provinsi Kampong Chhnang di Kamboja tengah, juga dianggap sebagai salah satu penjara utama di awal kekuasaan Khmer Merah.
Kemudian Choeung Ek, yang terletak sekitar 15 km (10 mil) di selatan ibu kota, digunakan sebagai tempat eksekusi dan kuburan massal.
Pencantuman ketiga situs tersebut bertepatan dengan peringatan 50 tahun naiknya kekuasaan pemerintahan komunis Khmer Merah, yang menyebabkan kematian sekitar 1,7 juta warga Kamboja akibat kelaparan, penyiksaan, dan eksekusi massal selama empat tahun kekuasaannya, dari tahun 1975 hingga 1979.
Menanggapi hal itu, Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, mengeluarkan pesan video yang menginstruksikan masyarakat untuk menabuh genderang secara serentak di seluruh negeri pada Minggu pagi untuk memperingati perdamaian.
“Semoga prasasti ini menjadi pengingat abadi bahwa perdamaian harus selalu dipertahankan. Dari babak-babak tergelap dalam sejarah, kita dapat menimba kekuatan untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi umat manusia," kata Hun, dilansir dari The Guardian, Minggu 13 Juli 2025.
Sementara direktur eksekutif Pusat Dokumentasi Kamboja di Phnom Penh, Youk Chhang, mengatakan Kamboja masih bergulat dengan warisan genosida, penyiksaan, dan kekejaman massal yang menyakitkan.
Namun, masuknya ketiga situs tersebut ke dalam daftar UNESCO akan berperan dalam mendidik generasi muda Kamboja dan generasi lainnya di seluruh dunia.
“Meskipun mereka adalah lanskap kekerasan, mereka juga akan dan dapat berkontribusi untuk menyembuhkan luka yang ditimbulkan selama era itu yang belum sembuh,” kata Chhang.

