Ketua Banggar: Pengenaan Tarif Trump Bahayakan Perekonomian Global

Laporan: Galuh Ratnatika
Kamis, 10 Juli 2025 | 16:08 WIB
Ketua Banggar DPR RI Said Abdullah (SinPo.id/ Galuh Ratnatika)
Ketua Banggar DPR RI Said Abdullah (SinPo.id/ Galuh Ratnatika)

SinPo.id - Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Said Abdullah, mengatakan pengenaan tarif impor oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, akan membahayakan masa depan perekonomian global.

Pasalnya, banyak negara akan menempuh jalan proteksionisme, dan hal itu tidak menguntungkan bagi kerja sama global dan kemakmuran bersama.

Merespons kebijakan tersebut, pihaknya memaparkan sejumlah langkah yang harus ditempuh pemerintah, salah satunya adalah membuka kembali jalan negosiasi dengan Pemerintah AS.

"Tentu saja pemerintah harus membawa bekal yang lebih menjanjikan dalam proses negosiasi tersebut," kata Said, dalam keterangan persnya, Kamis, 10 Juli 2025.

"Seperti poin yang ditekankan, yakni memungkinkan adanya perusahaan Indonesia melakukan aktivitas manufacturing di AS, selain tawaran untuk menurunkan tingkat defisitnya AS dalam perdagangan dengan Indonesia," imbuhnya.

Pihaknya juga meminta pemerintah untuk sesegera mungkin mengupayakan pasar pengganti terhadap beberapa barang ekspor ke AS, seperti BRICS, Eropa, kawasan Amerika Latin serta Afrika perlu didalami.

"Produk-produk Indonesia seperti; tekstil, pakai jadi, alat kaki, peralatan listrik, karet, dan produk karet, alat penerangan, ikan, udang, kakao, dan mesin banyak diminati di pasar AS. Hendaknya pemerintah memiliki banyak opsi jika tarif 32 persen tetap diberlakukan," ungkapnya.

Ketiga, kata Said, pemerintah secara bersamaan harus mengupayakan jalan penyelesaian multilateral dengan menggalang negara-negara yang dikenakan tarif tinggi untuk memperkuat kedudukan World Trade Organization (WTO) sebagai kelembagaan yang sah dan adil.

Keempat, melalui perundingan multilateral, terutama di WTO, atau kelembagaan multilateral lainnya seperti G20 minus AS, pemerintah bisa mengajak untuk membentuk komtimen kerjasama perdagangan internasional.

"Tujuannya mendapatkan pasar baru atas produk-produk antar negara yang tidak dapat masuk ke AS karena pengenaan tarif tinggi. Dengan demikian, semua negara tidak perlu khawatir, sebab produk mereka mendapatkan pasar pengganti," tuturnya.

Kelima, pemerintah juga perlu menggalang dukungan internasional lebih luas, karena kepemimpinan Trump telah mengabaikan seluruh pranata internasional. Bahkan dalam perdagangan, mereka mengabaikan WTO, IMF dan Bank Dunia.

"Dalam bidang politik dan militer AS juga mengabaikan segala penyelesaian multilateral. Sudah waktunya pemerintah memelopori penyelesaian multilateral, khususnya dalam masalah perdagangan, moneter, dan keamanan," imbuh Said

Terakhir, pihaknya meminta pemerintah untuk memperkuat ketahanan terutama pada sektor pangan, energi, dan moneter. Karena ketiga sektor tersebut banyak di topang dari aktivitas impor, dan pengaruh eksternal.

"Pemerintah perlu mempercepat program ketahanan pangan dan energi, serta menempuh berbagai pembayaran internasional dengan tidak hanya bertumpu pada Dolar AS," kata Said.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI