Pengunjuk Rasa Tentang Perang di Gaza Ganggu Konferensi Tahunan Google

Oleh: VOA Indonesia
Sabtu, 18 Mei 2024 | 23:15 WIB
Para aktivis lokal dan pekerja teknologi memprotes kontrak Project Nimbus antara Google dan Amazon dengan militer dan pemerintah Israel di luar Konferensi Google (SinPo.id/Reuters)
Para aktivis lokal dan pekerja teknologi memprotes kontrak Project Nimbus antara Google dan Amazon dengan militer dan pemerintah Israel di luar Konferensi Google (SinPo.id/Reuters)

SinPo.id - Sekelompok orang yang menentang perang di Gaza berunjuk rasa di kantor pusat Google di Mountain View, California, pada Selasa, 14 Mei 2024, hari pembukaan konferensi pengembang tahunan raksasa teknologi tersebut. 

Para pengunjuk rasa mempermasalahkan Project Nimbus, kontrak untuk menyediakan layanan komputasi awan dan kecerdasan buatan kepada pemerintah Israel. Ariel Koren, mantan karyawan Google, termasuk di antara para demonstran.

“Google memberikan kekuatan kepada militer Israel untuk membangun peralatan pengawasan yang digunakan untuk mengawasi jutaan warga Palestina dan untuk menghasilkan sistem AI yang kuat yang digunakan untuk melakukan genosida pertama yang didukung oleh AI dalam sejarah,” ujarnya.

Koren mengatakan dia terpaksa keluar dari Google pada tahun 2022 setelah berbicara menentang Project Nimbus, kontrak senilai 1,2 miliar USD antara Google, Amazon, dan Israel. Sejak pecahnya perang Israel-Hamas, karyawan Google telah mengambil bagian dalam protes, termasuk aksi duduk di kantor perusahaan itu di California dan New York yang menyebabkan pemecatan sekitar 50 karyawan.

Google tidak segera membalas permintaan komentar dari VOA, namun dalam pernyataan sebelumnya kepada media berita lain, juru bicaranya mengatakan kontrak Nimbus “tidak ada kaitannya dengan pekerjaan yang sangat sensitif, rahasia, atau militer yang relevan dengan senjata atau badan intelijen.

Sekitar 200 orang mengikuti unjuk rasa itu, yang diselenggarakan oleh koalisi kelompok antiperang di wilayah tersebut. Sebagian pengunjuk rasa menyebut keberhasilan sebelumnya sebagai alasan untuk tetap berharap kali ini.

Pada 2018, tekanan internal membuat Google tidak dapat memperbarui kontraknya dengan pemerintah AS.

“Kontrak (dengan pemerintah AS) itu dibatalkan karena penolakan massal dari karyawan Google di dalam perusahaan itu terkait dengan adanya pemahaman bahwa proyek itu akan digunakan untuk keperluan militer," ujar Wassim Hage dari Pusat Sumber Daya dan Organisasi Arab, salah seorang penggerak aksi unjuk rasa itu.

Meskipun pengunjuk rasa memblokir satu pintu masuk, konferensi tersebut berjalan sesuai rencana. Rim, yang meminta VOA agar tidak menggunakan nama keluarganya, menghadiri konferensi dengan Klub Pengembang Google tersebut di universitasnya. 

Warga negara Maroko itu mengatakan bahwa dia bersimpati dengan kekhawatiran para pengunjuk rasa, tetapi ia tetap ingin bekerja untuk Google jika diberi kesempatan. sinpo

Komentar: