Menlu Retno: Perbedaan Agama Jangan Menimbulkan Fanatisme dan Ketegangan

Laporan: Tio Pirnando
Rabu, 10 Juli 2024 | 13:32 WIB
Menlu RI Retno Marsudi (SinPo.id/Tio)
Menlu RI Retno Marsudi (SinPo.id/Tio)

SinPo.id - Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi mengajak semua pihak untuk selalu memberi penghormatan terhadap keberagamaan. Menurutnya, jangan sampai perbedaan agama menimbulkan konflik dan ketegangan.

"Kita harus selalu belajar mengasuh. Kebebasan beragamanya harus dijamin secara hukum. Keberagaman harus dihormati dan jangan sampai perbedaan agama kita menimbulkan fanatisisme dan menimbulkan ketegangan," kata Retno dalam Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) di Hotel Shangri-La, Jakarta Pusat, Rabu, 10 Juli 2024. 

Retno lantas menyoroti berbagai konflik terbuka di belahan dunia, seperti di Ukraina, Afghanistan, dan Palestina, yang merenggut lebih banyak nyawa warga sipil. Di Gaza saja, lebih dari 37 ribu korban yang wafat. 

"Kebanyakan dari mereka adalah perempuan dan anak-anak," ucapnya. 

Oleh sebab itu, Retno mendesak agar semua kekejaman harus dihentikan. Kemanusiaan harus dijadikan prioritas. 

"Penyelesaian konflik ini memerlukan kemauan pihak-pihak yang berkonflik untuk melakukan dialog konstruktif, namun kemauan tersebut tidak jatuh begitu saja. Kita harus mengejar," ujar dia.

Selain itu, Retno juga mendorong agar inklusivitas keyakinan yang beragam dapat dilihat sebagai aset dalam advokasi perdamaian.

Indonesia, kata Retno, aktif bekerja sama dengan dunia internasional, di antaranya untuk memperkuat toleransi.

"Ketika pihak-pihak dari berbagai latar belakang berpartisipasi dalam dialog yang konstruktif, solusi kita akan semakin tajam sehingga Indonesia secara sungguh-sungguh melibatkan para pemimpin agama global," papar Retno.

Sebagai informasi, LKLB diadakan selama dua hari pada 10 - 11 Juli 2024 dan diikuti lebih dari 160 peserta dari dalam dan luar negeri.

Selama sesi pembukaan, turut hadir 21 perwakilan negara asing yang berasal dari Kedutaan Besar Austria, Yordania, Romania, Spanyol, Uni Emirat Arab, Amerika Serikat, Inggris, Belanda, Malaysia, Laos, dan Filipina.

Mengangkat tema "Multi-faith Collaborations in an Inclusive Society", konferensi internasional tersebut digelar secara hybrid via Zoom dengan jumlah pendaftar daring sudah mencapai lebih dari 4.000 peserta dari 21 negara.

Konferensi LKLB menghadirkan sekitar 50 narasumber lintas negara untuk mengisi lima sesi panel dengan format hybrid via Zoom dan 10 sesi pilihan (breakout) khusus untuk peserta luring.

Para peserta konferensi mencakup pejabat pemerintah dari Kementerian/lembaga baik dalam dan luar negeri, akademisi, pemimpin masyarakat sipil, dan para alumni pelatihan LKLB yang terdiri dari guru madrasah dan sekolah.

Dikatakan bahwa LKLB digelar untuk menindaklanjuti keberhasilan Literasi Keagamaan Lintas Budaya di Indonesia yang telah melatih lebih dari 8.500 guru dari 37 provinsi dalam waktu sekitar 2,5 tahun, dan melibatkan sedikitnya 30 lembaga pendidikan dan keagamaan.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI