Ekonomi Indonesia Triwulan Pertama 2024 Tumbuh 5,11 Persen di Tengah Gejolak Pasar Keuangan

Laporan: Galuh Ratnatika
Senin, 06 Mei 2024 | 19:49 WIB
Menkeu Sri Mulyani (SinPo.id/ Kemnkeu)
Menkeu Sri Mulyani (SinPo.id/ Kemnkeu)

SinPo.id - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, ekonomi Indonesia masih terus dapat menunjukkan pertumbuhannya di tengah stagnasi ekonomi global dan gejolak pasar keuangan.

Pada triwulan pertama 2024, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,11 persen secara year on year (yoy), ditopang oleh permintaan domestik yang kuat dan dukungan APBN. Sehingga berdampak positif terhadap penurunan tingkat pengangguran terbuka. 

"Kualitas pertumbuhan juga meningkat signifikan tercermin dari penciptaan lapangan kerja yang cukup tinggi sehingga mampu menurunkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) ke level dibawah prapandemi," kata Menkeu melalui keterangan persnya, Senin 6 Mei 2024.

"Ke depan APBN akan terus dioptimalkan untuk menjaga stabilitas ekonomi, mendorong akselerasi pertumbuhan, dan penciptaan lapangan kerja," lanjutnya.

Menurutnya, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi tren pertumbuhan ekonomi Indonesia, seperti konsumsi rumah tangga dan Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT), Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PKP), hingga tren perlambatan ekonomi global.

Secara spasial, tren pertumbuhan positif juga terjadi di semua wilayah Indonesia. Pulau Jawa sebagai kontributor utama perekonomian, tumbuh relatif kuat di level 4,8 persen (yoy).

Sementara itu, keberlanjutan pengembangan industri hilirisasi SDA menjadi faktor utama bagi pertumbuhan kawasan Sulawesi dan Maluku-Papua yang tumbuh masing-masing 6,4 persen dan 12,2 persen (yoy) diikuti pertumbuhan ekonomi di Kalimantan sebesar 6,2 persen (yoy).

"Pertumbuhan ekonomi yang solid juga berdampak positif pada penyerapan tenaga kerja nasional, menurunkan secara signifikan tingkat pengangguran terbuka (TPT), serta menurunkan proporsi pekerja informal," paparnya.

Meski demikian, kata Menkeu, ada beberapa risiko global yang masih harus dihadapi, diantaranya arah kebijakan FED yang masih penuh ketidakpastian, eskalasi tensi geopolitik berbagai kawasan, serta disrupsi rantai pasok global yang belum sepenuhnya pulih.

Oleh karena itu, ia menegaskan bahwa pemerintah akan terus melakukan monitoring dan asesmen terhadap potensi dampak dari dinamika global terhadap perekonomian domestik serta kondisi fiskal.

Kemudian APBN juga akan terus dioptimalkan sebagai shock absorber untuk menjaga daya beli masyarakat dan momentum pertumbuhan ekonomi.sinpo

Komentar: