Insiden Tabrakan di Lampung dan Semarang, KAI: Kereta Api Tak Dapat Berhenti Mendadak

Laporan: Khaerul Anam
Jumat, 21 Juli 2023 | 18:08 WIB
Ilustrasi kereta api (SinPo.id/ Instagram)
Ilustrasi kereta api (SinPo.id/ Instagram)

SinPo.id - Insiden tabrakan antara kereta api dengan truk yang terjadi baru-baru ini di Semarang dan Bandar Lampung mendapatkan respons beragam dari publik. Salah satu yang menjadi perhatian diantaranya terkait sistem pengereman kereta api. 

VP Public Relations KAI Joni Martinus menjelaskan, secara sistem pengereman, kereta api merupakan jenis transportasi yang membutuhkan jarak agar benar-benar dapat  berhenti.

“Berbeda dengan transportasi darat pada umumnya, kereta api memiliki karakteristik yang secara teknis tidak dapat dilakukan pengereman secara mendadak," kata Joni dalam keterangan tertulis, Jumat 21 Juli 2023.

Untuk itu, Joni mengimbau kepada masyarakat agar lebih waspada dan berhati-hati sebelum melewati perlintasan kereta api. Dia mengingatkan, tata cara melintas di perlintasan sebidang adalah berhenti di rambu tanda 'STOP', tengok kiri-kanan, apabila telah yakin aman, baru bisa melintas.

Menurutnya, palang pintu, sirine dan penjaga perlintasan adalah alat bantu keamanan semata. Sedangkan alat utama keselamatannya ada di rambu-rambu lalu lintas bertanda 'STOP'.

"Jadi apabila masyarakat Ketika di perlintasan sudah melihat adanya kereta api walaupun masih jauh, maka seharusnya berhenti terlebih dahulu hingga kereta api tersebut lewat,” ujarnya.

Berikut faktor-faktor yang menyebabkan kereta api tidak dapat mengerem mendadak:

1. Panjang dan Berat Rangkaian Kereta Api

Hal yang menyebabkan kereta api tidak dapat berhenti mendadak adalah karena panjang dan bobot kereta api. Makin panjang dan berat rangkaiannya, maka jarak yang dibutuhkan kereta api untuk dapat benar-benar berhenti akan semakin panjang.

"Di Indonesia, rata-rata satu rangkaian kereta penumpang terdiri dari 8-12 kereta (gerbong) dengan bobot mencapai 600 ton, belum termasuk penumpang dan barang bawaannya. Dengan kondisi itu, maka dibutuhkan energi yang besar agar rangkaian kereta api berhenti," ucap Joni.

2. Sistem Pengereman

Joni menjelaskan, pengereman yang dipakai pada kereta api di Indonesia pada umumnya menggunakan sistem jenis rem udara. Cara kerjanya adalah dengan mengompresi udara dan disimpan hingga proses pengereman terjadi. 

Menurutnya, saat masinis mengaktifkan sistem pengereman, udara akan didistribusikan melalui pipa kecil di sepanjang roda dan membuat friksi pada roda. Friksi ini yang akan membuat kereta berhenti.

Walaupun kereta api telah dilengkapi dengan rem darurat, rem ini tetap tidak bisa berhenti mendadak. Rem ini hanya menghasilkan lebih banyak energi dan tekanan udara yang lebih besar untuk menghentikan kereta lebih cepat. 

"Jadi, meskipun masinis telah melihat ada yang menerobos palang kereta, selanjutnya melakukan proses pengereman, maka tetap akan membutuhkan suatu jarak pengereman agar benar-benar berhenti. Hal inilah yang nantinya menyebabkan kejadian tabrakan, apabila jarak pengereman tidak terpenuhi," paparnya.

Adapun faktor yang berpengaruh pada jarak pengereman yaitu:

1. Kecepatan kereta api. Semakin tinggi kecepatan kereta api, maka semakin panjang jarak pengereman

2. Kemiringan/lereng (gradient) jalan rel (datar, menurun, atau tanjakan)

3. Persentase pengereman yang diindikasikan dengan besarnya gaya rem

4. Jenis kereta api (kereta penumpang/barang)

5. Jenis rem (blok komposit/blok besi cor)

6. Kondisi cuaca.

7. Dan berbagai faktor teknis lainnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI