Anggaran Suku Dinas Sumber Daya Air (SDA) Kepulauan Seribu Dipangkas, Tapi 2 Proyek Vital Diprioritaskan
SinPo.id - Anggaran Suku Dinas SDA Kepulauan Seribu pada 2026 dipastikan turun drastis, dari Rp 201 miliar tahun ini menjadi hanya Rp 79 miliar — penurunan sebesar Rp 122 miliar. Namun menurut Kepala Sudin SDA, Mustajab, pemangkasan ini tidak akan menghambat pelaksanaan program prioritas karena fokus pada pemeliharaan rutin.
Meski demikian, dua proyek penting tetap dijadwalkan pada 2026. Keduanya — instalasi air bersih berbasis teknologi Brackish Water Reverse Osmosis (BWRO) di Pulau Panggang dan Pulau Kelapa — ditargetkan memperkuat pasokan air bersih di wilayah tersebut.
Program lain seperti pemeliharaan sistem air bersih, drainase, tanggul pesisir, serta sistem sanitasi (SPALD) di 10 pulau berpenduduk tetap akan tetap berlanjut. Untuk penyediaan air bersih, tanggung jawab selanjutnya akan diserahkan kepada PAM Jaya.
Pihak SDA menegaskan pembangunan dan perluasan kapasitas sistem air bersih di Pulau Karya ditargetkan rampung pada akhir 2025. Dengan demikian, alokasi anggaran 2026 lebih difokuskan pada pemeliharaan dan dua proyek BWRO prioritas.
Kenapa Pemangkasan Anggaran Tak Dinilai Fatal
Menurut Mustajab, sebagian besar program 2026 adalah pemeliharaan rutin — sehingga kebutuhan dana jauh lebih kecil dibanding tahun pembangunan besar.
Instalasi air berbasis BWRO pernah diandalkan sebagai solusi air bersih di gugusan pulau — teknologi ini efektif menyaring air payau menjadi layak konsumsi.
Sistem utilitas penting di pulau-pulau — air bersih, drainase, sanitasi, perlindungan pantai — dinilai sudah berjalan stabil, sehingga program tahun depan bisa berjalan dengan anggaran lebih kecil sambil mempertahankan layanan dasar.
Meskipun dua proyek BWRO direncanakan, Mustajab belum merinci berapa anggaran spesifik yang dialokasikan untuk masing-masing pulau — hal ini bisa mempengaruhi kejelasan pelaksanaan
Pemangkasan anggaran bisa berisiko jika terjadi kebutuhan tak terduga — misalnya perbaikan infrastruktur darurat, peningkatan layanan, atau pertumbuhan penduduk/pengguna air di pulau-pulau.
Pemanfaatan teknologi BWRO dan SWRO (Sea Water Reverse Osmosis) tetap penting — pemeliharaan rutin dan kualitas sistem perlu dijaga agar air bersih bagi warga tetap terjamin.
