BPS: Jakarta Alami Deflasi 0,05 Persen pada Agustus 2025, Ekspor Tumbuh 38,88 Persen

Laporan: Tim Redaksi
Selasa, 02 September 2025 | 05:52 WIB
Wapres Gibran meninjau pasar Flamboyan Pontianak. (SinPo.id/Setwapres)
Wapres Gibran meninjau pasar Flamboyan Pontianak. (SinPo.id/Setwapres)

SinPo.id -  Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta mencatat perekonomian ibu kota mengalami deflasi sebesar 0,05 persen (month to month) pada Agustus 2025. Indeks Harga Konsumen (IHK) turun dari 107,40 pada Juli menjadi 107,35 pada Agustus 2025.

“Deflasi ini berbeda dengan kondisi Agustus 2024 yang justru mengalami inflasi 0,04 persen,” ujar Kepala BPS DKI Jakarta, Nurul Hasanudin, Senin 1 September 2025.

Secara tahunan, inflasi di Jakarta tercatat 2,16 persen, sedangkan secara tahun kalender sebesar 1,57 persen. Penyumbang utama deflasi berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan deflasi 0,69 persen (andil 0,14 persen). Disusul kelompok pakaian dan alas kaki dengan deflasi 0,20 persen (andil 0,01 persen) serta kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang deflasi 0,06 persen.

Komoditas yang dominan menekan harga antara lain tomat, cabai rawit, cabai merah, bawang putih, dan daging ayam ras. Pada kelompok transportasi, bensin mengalami deflasi, namun tertahan oleh inflasi tarif jalan tol, angkutan laut, dan kereta api akibat berakhirnya program diskon tarif.

Ekspor dan Impor

Pada periode Januari–Juli 2025, nilai ekspor Jakarta mencapai USD9,79 miliar, naik 38,88 persen dibanding periode sama tahun lalu. Ekspor nonmigas mendominasi dengan USD9,77 miliar atau tumbuh 39,13 persen, didorong lonjakan ekspor alas kaki hingga 277,59 persen senilai USD1,36 miliar. Sebaliknya, ekspor ikan, krustasea, dan moluska turun 3,28 persen.

Industri pengolahan menjadi motor utama dengan kontribusi kenaikan USD2,75 miliar (41,09 persen), sementara sektor pertanian dan pertambangan justru terkontraksi.

Dari sisi impor, Jakarta mencatat USD45,53 miliar atau naik 8,97 persen. Impor nonmigas tumbuh 9,59 persen, dipicu peningkatan barang modal (24,01 persen), bahan baku/penolong (3,58 persen), dan barang konsumsi (8,31 persen). Komoditas kendaraan dan bagiannya naik signifikan 39,24 persen, sedangkan impor bahan bakar mineral turun 6,80 persen. Tiongkok tetap menjadi mitra dagang utama dengan kontribusi 42,29 persen dari total impor Jakarta.

Sektor Pariwisata dan Transportasi

BPS juga mencatat tingkat hunian kamar (TPK) hotel bintang di Jakarta pada Juli 2025 mencapai 55,91 persen, naik 1,68 poin (y-on-y) dan meningkat 3,56 poin (m-to-m). Sebaliknya, TPK hotel nonbintang sebesar 41,74 persen, turun 2,78 poin dibanding Juli 2024, meski naik 0,87 poin dibanding Juni 2025.

Dari sektor transportasi, jumlah penumpang darat dan laut meningkat. Penumpang MRT tercatat 4,35 juta orang (naik 15,07 persen y-on-y), Transjakarta 37,61 juta orang (naik 5,94 persen), sedangkan LRT menurun menjadi 118 ribu orang (turun 10,90 persen).

Di sektor laut, penumpang di Pelabuhan Tanjung Priok naik 15,81 persen menjadi 31.511 orang, sementara aktivitas bongkar muat barang juga meningkat, masing-masing 11,51 persen (5,33 juta ton) untuk bongkar dan 6,27 persen (3,90 juta ton) untuk muat.

Kondisi berbeda terjadi pada transportasi udara. Penumpang di Bandara Halim Perdanakusuma turun 17,53 persen menjadi 137.473 orang. Namun, aktivitas bongkar muat barang tetap tumbuh, masing-masing 53,73 persen (1,03 ribu ton) dan 20,56 persen (4,34 ribu ton).

“Secara keseluruhan, pergerakan harga, perdagangan luar negeri, hingga aktivitas transportasi menunjukkan dinamika yang saling memengaruhi perekonomian Jakarta,” tutup Nurul.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI